Halaman

Kamis, 31 Maret 2011

This is my story : Guru Teladan Se Indonesia


Pada tahun 2030 nanti saya menargetkan diri saya sudah menjadi seorang Guru Teladan se-Indonesia. Kenapa saya ingin menjadi guru? Simple sebenarnya. Saya cuma ingin berbagi. Jadi orang yang diberi tanggung jawab untuk membentuk pondasi para calon pemimpin bangsa. Memberi wejangan tentang pandangan hidup dan mengaitkan sesuatu yang sedang mereka pelajari dengan fakta yang terjadi di negara ini. Mengubah sistem pembelajaran siswa dari sekedar menghafal menjadi mengamati dan menelaah. Bukankah apa yang tertulis dibuku tidak selalu sama dengan apa yang terjadi di dunia nyata?

Orang – orang mungkin akan menertawakan cita – cita saya. Jauh – jauh disekolahkan ke UGM kok cuma pingin jadi guru? Halo.... Orang – orang hebat itu hasil didikan seorang guru bukan? Yap.. Mungkin seorang guru itu masa depan dan kehidupannya tak begitu makmur. Seperti apa yang diceritakan Pak De Iwan Fals lewat lagu Oemar Bakrie-nya. Tapi bisa ibaratkan guru itu “kuncen”nya. Pembuka pintu dan penunjuk arah menuju masa depan yang cerah bagi murid – muridnya.

Setelah berdiskusi dengan ayah tentang jalan hidup yang akan saya tempuh ini. Beliau memberi saran untuk memperdalam kemampuan bahasa inggris. Supaya nanti bisa dapat beasiswa ke luar negeri dan mendapat ilmu yang bermanfaat untuk menunjang keinginan saya menjadi guru teladan. Setelah mencari informasi kesana kemari. Sepertinya pilihan saya jatuh pada EF. Saya memutuskan untuk belajar bahasa inggris di EF setelah melihat visi dan metode kegiatan pembelajaran mereka di www.englishfirst.co.id.


Why the judges should choose me? We know that today this profession has lost fame than a doctor, an artis and a politicians. Through this paper, i just want to remind again that being a teacher is an honorable job. If all of the children want to be a doctor. Who will teach a doctor children?

See you later in 2030. And make sure that your child's teacher is me :)